KUPANG – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Nusa Tenggara Timur (NTT) menegaskan pentingnya pengajuan tenun ikat ke dalam Indikasi Geografis (IG) sebagai bentuk perlindungan hukum sekaligus upaya menjaga keberlanjutan wastra khas daerah.
Ketua Dekranasda NTT, Mindriyati Astiningsih Laka Lena, menyampaikan imbauan kepada seluruh Dekranasda kabupaten/kota agar secara rutin mendaftarkan tenun ikat. “Saya sudah mengimbau kepada teman-teman Dekranasda kabupaten/kota untuk setiap tahunnya masing-masing daerah perlu mengajukan minimal satu tenun ikat untuk pendaftaran IG,” ujarnya di Kupang, Rabu (10/9).
Berdasarkan data Kementerian Hukum NTT, saat ini terdapat lima tenun ikat yang sudah masuk dalam IG, yakni tenun ikat Flores Timur, tenun ikat Fehan Malaka, tenun ikat Ngada, tenun Buna Insana Timor Tengah Utara, dan tenun ikat Amarasi Kupang.
Astiningsih menekankan, status IG tidak hanya memberikan kepastian hukum, tetapi juga mampu meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi para penenun. Oleh karena itu, ia mendorong adanya kolaborasi lintas pihak dalam edukasi, promosi, dan pengembangan tenun. “Kita perlu kolaborasi, inovasi, dan kreasi sesuai perkembangan zaman dalam mengembangkan tenun NTT,” katanya.
Ia menambahkan, Dekranasda NTT terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai stakeholder yang peduli terhadap upaya peningkatan kapasitas UMKM tenun, baik melalui pelatihan inovasi maupun pengembangan kreasi. Selain itu, narasi di balik setiap kain tenun juga perlu diangkat agar nilai filosofisnya semakin dikenal. “Saya juga selalu mengingatkan agar para penenun tidak hanya menjual begitu saja, tapi perlu mengangkat narasi di balik tenun tersebut,” tegasnya.
Narasi tersebut, menurutnya, mencakup filosofi motif hingga makna penggunaan tenun dalam tradisi masyarakat, misalnya untuk memperingati kelahiran, pernikahan, atau upacara adat.
Astiningsih juga mengapresiasi penyelenggaraan Exotic Tenun Fest 2025 oleh Bank Indonesia Perwakilan Provinsi NTT. Festival ini dinilainya menjadi ruang penting bagi promosi tenun ikat sekaligus memperkenalkan produk turunan berbasis kreasi tenun. “Terutama bagi anak-anak muda kita harus dorong supaya tenun ini menjadi bagian dari keseharian. Festival ini menjadi upaya mendekatkan tenun kepada para generasi muda sebagai penerus NTT,” ungkapnya. (ant/ST)
Editor: Agus S