spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Mahasiswi, Atlet Tinju, dan Ojek Online: Kisah Rahel Kahi Menembus Batas di Kota Kupang

KUPANG – Di balik deretan medali dan prestasi yang pernah ia persembahkan untuk Kota Kupang, tersimpan kisah perjuangan yang tak banyak diketahui orang. Rahel Kahi, mahasiswi semester lima di salah satu perguruan tinggi di Kota Kupang sekaligus atlet tinju berprestasi, menjalani hari-harinya sebagai pejuang muda yang berjuang seorang diri di tanah rantau.

Setiap hari, jadwalnya padat. Pagi ia kuliah, sore ia berlatih tinju, dan malam berganti peran sebagai pengemudi ojek online untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berbeda dengan kebanyakan mahasiswa lain yang memilih pekerjaan ringan, Rahel memilih jalan yang jauh lebih berat: mencari nafkah dengan mengandalkan ketahanan fisik dan mental di jalanan Kota Kupang.

Selepas latihan, sarung tangan tinju dilepas dan helm hijau dikenakan. Dari ring ke jalan raya, Rahel menyalakan aplikasi ojek online dan mulai mencari penumpang. Perjuangannya jauh dari kata mudah. Pernah ia harus mengantar pesanan saat hujan deras mengguyur kota. Pernah pula ia menerima perlakuan meremehkan hanya karena ia perempuan. Namun Rahel memilih tetap melangkah, dengan senyum dan keteguhan hati.

“Selama pekerjaan itu halal dan dilakukan dengan hati, tidak ada yang perlu saya malu,” begitu prinsip yang selalu ia pegang. Keinginannya hanya satu: membanggakan kedua orang tua dan membuktikan bahwa dirinya mampu berdiri di atas kaki sendiri.

Pekerjaan sebagai ojek online justru membentuk karakter Rahel. Ia belajar menahan dingin, menahan lelah, menghadapi penolakan, hingga mendengar komentar miring yang kadang menyakitkan. Namun dari semua itu, ia tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa, kuat, dan tahan banting—mental juara yang tak hanya dibangun di atas ring, tetapi juga di kerasnya jalanan kota.

Kisah Rahel perlahan menyebar di kampus. Banyak mahasiswa—terutama adik tingkatnya—menjadi terinspirasi. Mereka melihat bahwa perjuangan bukan hanya soal prestasi akademik atau kemenangan di arena, tetapi juga keberanian untuk bekerja keras tanpa takut dipandang rendah. Rahel menjadi contoh bahwa tidak ada pekerjaan yang hina; yang hina hanyalah kemalasan.

Kepada anak muda, Rahel kerap menitipkan pesan sederhana namun kuat:
“Jangan tunggu hidup jadi mudah. Kita yang harus jadi kuat. Orang tua tidak menuntut kita kaya, mereka hanya ingin melihat kita berusaha. Kerja apa pun kalau halal, jalani saja. Rezeki datang dari Tuhan, tapi langkah awal tetap harus dari kita.”

Dari ring tinju hingga jalanan Kota Kupang, Rahel Kahi membuktikan bahwa perjuangan tidak pernah sia-sia. Dengan tekad, keringat, dan keberanian, ia menunjukkan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah—justru menjadi bahan bakar untuk terus melangkah maju.

Kisahnya bukan hanya tentang bertahan hidup, tetapi tentang martabat, kerja keras, dan keyakinan bahwa setiap usaha akan menemukan jalannya menuju masa depan yang lebih baik. (Sys/ST)

Most Popular