KUPANG – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Melki Laka Lena, memberikan apresiasi tinggi terhadap karya film pendek berjudul “Ru’Jara: The Journey Begins” yang diproduksi oleh mahasiswa Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang. Ia menilai karya tersebut menjadi bukti nyata berkembangnya kreativitas dan kapasitas generasi muda NTT dalam industri seni dan perfilman.
“Saya sangat bangga dengan capaian anak-anak NTT yang mampu menghasilkan karya berkualitas, bahkan diakui di tingkat nasional dan internasional,” ujar Gubernur Melki di Kupang, Selasa (5/8/2025), usai bertemu dengan para sineas muda dari UKM Audio Visual “Microfilms”, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prodi Ilmu Komunikasi, Undana Kupang.
Melki menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi NTT siap memberikan dukungan dan fasilitasi, termasuk rencana pemutaran film tersebut di berbagai wilayah NTT sebagai bentuk apresiasi dan motivasi bagi anak-anak muda lainnya untuk ikut berkarya.
“Kita ingin tunjukkan bahwa anak-anak NTT mampu bersaing. Pemerintah tentu akan memfasilitasi penayangan film ini di NTT agar makin banyak anak muda yang terinspirasi,” jelasnya.
Tak hanya itu, Gubernur juga membuka ruang kolaborasi lebih luas dengan Microfilms, termasuk mengajak mereka terlibat dalam berbagai proyek audio visual pemerintah daerah. Beberapa rencana yang disampaikan antara lain pembuatan film tentang pahlawan nasional asal NTT, Riwu Ga, penyelenggaraan Festival Film NTT, hingga produksi film dengan latar budaya dan kearifan lokal di berbagai wilayah provinsi ini.
“Kita ajak juga anak-anak muda ini membuat film yang berkaitan dengan pahlawan nasional asal NTT,” tambahnya.
Melki bahkan langsung menginstruksikan Dinas Pariwisata NTT untuk menyiapkan skema kerja sama resmi dengan Microfilms guna mendukung rencana-rencana tersebut.
Film “Ru’Jara: The Journey Begins” berdurasi sekitar 15 menit, diproduksi secara swadaya oleh para mahasiswa, dari penulisan naskah, penyutradaraan, hingga penyuntingan, dengan menggunakan peralatan pribadi dan dana patungan antaranggota. Film ini sepenuhnya menggunakan bahasa daerah Sabu, lengkap dengan terjemahan teks, sebagai bentuk pelestarian budaya dan bahasa lokal.
Film bergenre post-apocalyptic ini menjadi terobosan baru dalam perfilman NTT. Latar cerita menggambarkan dunia pascakehancuran, dengan lokasi pengambilan gambar di Pulau Sabu dan Kota Kupang serta sekitarnya yang digambarkan luluh lantak.
Tak hanya mengangkat isu lokal, Ru’Jara juga telah menorehkan prestasi membanggakan: mengikuti 16 festival film nasional dan 2 festival internasional yakni CinemaSHORT Asian Short Film Competition 2025 dan SeaShorts 2025 di Singapura. Hingga kini, film ini telah meraih 15 penghargaan, mendapat lisensi lulus sensor, dan telah ditayangkan di sejumlah wilayah Indonesia seperti Jakarta, Jawa Timur, Lampung, dan Maluku.
Melalui dukungan ini, Gubernur Melki berharap akan lahir lebih banyak karya kreatif dari anak-anak muda NTT yang mampu memperkuat identitas daerah sebagai wilayah yang kaya akan budaya, bahasa, dan talenta kreatif yang kompetitif di tingkat nasional maupun global. (ST)
Editor: Agus S

