SOE, TTS – Atas dorongan Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Yayasan Pendidikan Kristen (Yapenkris) To’isneno Soe berinovasi menghadirkan Aplikasi Pendidikan dan Rapor Berkarakter Kristus, yang diluncurkan pada Juli 2025 lalu. Inovasi ini menjadi langkah nyata Yapenkris dalam memadukan teknologi digital dengan nilai-nilai Kristiani dalam proses pendidikan.
Hal tersebut disampaikan Ketua Yapenkris To’isneno, Pdt. Nelson Liem, usai kegiatan penyerahan aplikasi pendidikan berkarakter Kristus oleh Ketua Sinode GMIT, Pdt. Samuel Benyamin Pandie, S.Th., di SMK Kristen Soe, Selasa (21/10/2025).
“Sinode GMIT mendorong kami untuk terus berinovasi agar pelayanan gereja tidak hanya di mimbar, tetapi juga melalui dunia pendidikan — baik umum maupun rohani. Karena itu, kami meluncurkan aplikasi berkarakter Kristus dan sekolah industri sebagai adaptasi terhadap perkembangan teknologi 4.0,” ujar Pdt. Nelson.
Menurutnya, Aplikasi Pendidikan Berkarakter Kristus bertujuan membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu hal unik dari aplikasi ini adalah sistem pengaturan waktu kegiatan sekolah yang menggantikan bel atau sirene dengan bunyi nafiri — simbol panggilan rohani bagi seluruh warga sekolah.
“Bayangkan jika di semua sekolah terdengar bunyi nafiri setiap pagi, dari ujung ke ujung daerah ini. Itu akan seperti tanda panggilan Tuhan. Kami ingin suasana belajar benar-benar dimulai dengan semangat rohani,” katanya tersenyum.
Sejak 21 Oktober 2025, aplikasi ini telah resmi digunakan di seluruh sekolah GMIT di wilayah Timor Tengah Selatan (TTS). Melalui aplikasi tersebut, seluruh aktivitas siswa mulai dari tiba di sekolah hingga pulang ke rumah diatur secara sistematis dan berkarakter.
Kegiatan dimulai dengan bunyi nafiri sebagai panggilan masuk sekolah, dilanjutkan dengan lonceng pemuridan, ikrar siswa, dan salam saling memberkati. Setelah itu, para siswa bersama guru berdoa sebelum pelajaran dimulai. Untuk jenjang Sekolah Dasar (SD), pada pukul 12.00 siang aplikasi mengingatkan waktu bioskop pendidikan, yang menampilkan tayangan inspiratif dan edukatif.
“Melalui aplikasi ini, pendidikan tidak hanya fokus pada pengetahuan, tapi juga pembentukan iman, karakter, dan etika Kristus di setiap langkah siswa,” jelasnya.
Aplikasi ini merupakan karya empat guru inovatif SMK Kristen Soe: Delfiane D. Dama, S.Pd., Alvin Nubatonis, S.Kom., Marlince Adelaide Ndun, S.Tr.Par., dan Roni Selan, S.Kom. Mereka berhasil mengembangkan sistem digital yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran dan pembentukan karakter siswa.
“Kami bangga karena inovasi ini lahir dari guru-guru lokal kita sendiri. Ini bukti bahwa sekolah Kristen juga mampu bersaing di era teknologi,” tutur Pdt. Nelson.
Selain aplikasi digital, Yapenkris juga mengembangkan konsep Sekolah Industri dan SMA Plus di beberapa sekolah. Misalnya, SMA Kristen 1 Soe kini membuka jurusan Rekayasa Kimia yang diarahkan untuk penelitian dan produksi skincare, bahkan tengah meneliti potensi nikel untuk pengembangan baterai melalui kolaborasi jurusan Kimia dan Elektro.
“Kita ingin siswa tidak hanya belajar teori, tapi juga riset, literasi, dan kreativitas terapan. Pendidikan Kristen harus menghasilkan karya nyata,” tegasnya.
Dengan kehadiran Aplikasi Pendidikan Berkarakter Kristus, Yapenkris To’isneno menegaskan komitmennya menghadirkan pendidikan Kristen yang modern dan berteknologi, namun tetap berakar pada nilai-nilai iman. Inovasi ini menjadi langkah baru bagi GMIT dalam menyiapkan generasi cerdas dan berkarakter Kristus di tengah era digital. (Sys/ST)

