BELU, NTT – Di balik seragamnya sebagai anggota Polsek Lasiolat, Polres Belu, Polda NTT, Bripka Nasrul Ikhwan Ninong menjalankan misi yang tak biasa. Ia tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga menyelamatkan warisan pertanian lokal: tomat Lahurus, jenis tomat raksasa langka yang hampir punah.
Lahir di Bajawa, Kabupaten Ngada, pada 22 April 1985, Nasrul telah lama mencintai dunia pertanian. Kecintaannya itu membawanya memulai perjalanan istimewa pada tahun 2022, ketika melihat banyak lahan tidak produktif di Kecamatan Lasiolat, Kabupaten Belu. Di saat yang sama, ia menyadari bahwa tomat Lahurus—ikon pertanian tradisional setempat—semakin sulit ditemukan.
Tomat Lahurus tergolong unik dan hanya tumbuh di empat desa di Kecamatan Lasiolat, yakni Meneikun, Lasiolat, Fatulotu, dan Lakanmau. Di luar wilayah tersebut, pertumbuhannya tidak optimal.
Menghidupkan kembali tomat Lahurus bukan perkara mudah. Nasrul harus mencari bibit yang sangat langka, yang biasanya hanya dimiliki oleh para petani tua dan diwariskan secara turun-temurun. Awalnya, banyak petani enggan membagikan bibitnya karena alasan tradisi dan nilai leluhur. Namun, berkat pendekatan yang sabar, Nasrul akhirnya memperoleh bibit asli Lahurus dan mulai menanamnya di lahan kering yang ia olah sendiri.
“Saya tidak ingin tomat ini hilang begitu saja. Ini warisan daerah yang harus kita jaga,” ujar Bripka Nasrul.
Tomat Lahurus bukan tomat biasa. Bobot satu buahnya bisa mencapai lebih dari 1 kilogram—bahkan lebih besar dari kepalan tangan orang dewasa. Rasanya manis, cocok untuk jus, dan bisa diolah sebagai sayur. Namun, menanam tomat ini penuh tantangan. Ia hanya bisa tumbuh di empat desa tersebut dan tidak bisa ditanam di sembarang tempat. Bila ditanam di luar kawasan itu, buahnya tidak akan tumbuh besar. Masyarakat lokal bahkan percaya ada “sisi magis” dalam tanaman ini.
Tomat Lahurus hanya bisa dipanen setahun sekali, yakni di bulan Juli. Tanaman ini sensitif terhadap air dan tidak bisa hidup di musim hujan. Bibitnya juga tidak bertahan lama—jika disimpan lebih dari setahun, benihnya tidak akan tumbuh lagi.
Selain bertani sendiri, Bripka Nasrul juga menggerakkan pemuda di desanya untuk kembali ke ladang. Ia ingin mengubah cara pandang bahwa kesuksesan tidak selalu harus diraih lewat merantau atau menjadi pegawai negeri, tetapi bisa dicapai dengan mengolah tanah sendiri.
Kini, lima pemuda telah mengikuti jejaknya dalam menanam tomat Lahurus. Nasrul bahkan membantu memasarkan hasil panen ke berbagai daerah, seperti Kupang, Kolaka, dan beberapa wilayah di luar Pulau Timor, dengan memanfaatkan media sosial.
Atas dedikasinya, Bripka Nasrul menerima pin emas dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada 7 November 2023 di Jakarta. Penghargaan itu diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap anggota Polri yang menunjukkan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Kini, nama Bripka Nasrul juga diusulkan sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2025, sebuah penghargaan bergengsi bagi polisi yang berdedikasi luar biasa dan membawa dampak positif di tengah masyarakat.
Melalui tangan seorang polisi desa sederhana, tomat Lahurus kembali hidup—bukan hanya sebagai tanaman khas Lasiolat, tetapi juga simbol semangat menjaga warisan, membangun dari desa, dan mencintai tanah sendiri. (Sys_ST)

