KUPANG – Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memberikan pelatihan pengembangan soft skill bagi guru bimbingan konseling dan kesiswaan di sejumlah sekolah di Kota Kupang. Kegiatan ini bertujuan memperkuat ketahanan diri pelajar dalam menghadapi ancaman penyalahgunaan narkoba.
Plt. Kepala BNN Provinsi NTT, Dominikus Tupen Sabon, mengatakan bahwa penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di kalangan pelajar semakin mengkhawatirkan. Untuk itu, perlu penguatan kapasitas guru agar mampu membina siswa menjadi pribadi yang tangguh dan bebas dari narkoba.
“Ancaman penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di kalangan pelajar semakin meresahkan. Untuk itu, BNN Provinsi NTT memberikan pelatihan pengembangan soft skill kepada para guru guna meningkatkan ketahanan diri remaja anti narkoba,” ujar Dominikus saat kegiatan berlangsung di Kupang, Sabtu (2/8/2025).
Ia mengutip hasil Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Indonesia Tahun 2023 yang menunjukkan bahwa tingkat penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja/pelajar mencapai 1,52 persen atau setara dengan 312.000 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 84,1 persen diketahui memperoleh narkoba dari teman atau pacar.
“Melihat data ini, kita perlu memperkuat peran guru, khususnya guru BK dan bidang kesiswaan, sebagai agen penguatan karakter di lingkungan sekolah,” katanya.
Pelatihan ini diikuti oleh 20 guru dari 10 sekolah di Kota Kupang. Peserta mendapatkan pembekalan dari sejumlah narasumber mengenai materi Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), pemahaman tentang adiksi, deteksi dini, teknik konseling, serta strategi membangun ketahanan diri remaja.
Tidak hanya teori, para peserta juga mengikuti sesi praktik untuk memperdalam tiga aspek utama dalam pengembangan ketahanan diri remaja, yaitu perilaku asertif, regulasi diri, dan reaching out atau kemampuan menjangkau dukungan sosial.
Koordinator Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M) BNNP NTT, Lia Novika Ulya, yang turut menjadi pemateri, mengapresiasi antusiasme peserta. Ia mendorong agar pelatihan ini ditindaklanjuti di masing-masing sekolah untuk mewujudkan lingkungan pendidikan yang bebas narkoba atau Sekolah Bersinar (Bersih Narkoba).
“Dengan berakhirnya pelatihan ini, kami berharap para guru dapat menjadi garda terdepan dalam membentuk karakter dan ketahanan diri remaja yang tangguh serta bersih dari pengaruh narkoba,” ujar Lia.
Pihaknya optimistis, ilmu yang diperoleh guru dari pelatihan ini akan menjadi bekal penting dalam mendampingi generasi muda menuju masa depan yang sehat, cerdas, dan berintegritas. (ant/ST)