Kupang – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Melki Laka Lena menilai riset yang dilakukan Politeknik Negeri Kupang melalui Program Berdikari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Kabupaten Kupang berpotensi menjadi contoh pengembangan peternakan dan pertanian terintegrasi di seluruh wilayah NTT.
“Ini adalah hasil diskusi kami di Kantor Gubernur beberapa waktu lalu. Kami ingin memastikan metode ini menjadi contoh dan inspirasi untuk meningkatkan produktivitas peternakan di seluruh NTT,” kata Melki saat menghadiri kegiatan Diseminasi Hasil-Hasil Riset Program Berdikari di Desa Merbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Jumat (15/8).
Ia menegaskan, program ini menjadi momentum penting untuk mengembalikan NTT sebagai provinsi sapi. Dalam riset tersebut, Kemendikbudristek menggandeng Politeknik Pertanian Negeri Kupang untuk mengembangkan pakan konsentrat berbasis bahan baku lokal, dengan memanfaatkan putak sebagai sumber karbohidrat dan lamtoro sebagai sumber protein. Uji coba dilakukan di Desa Merbaun dengan melibatkan 12 ekor sapi.
Selain itu, pendekatan pola pertanaman Three Sisters atau “satu lubang tiga tanaman” (jagung, kacang nasi, dan labu) turut diuji coba di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Politeknik Negeri Kupang juga berkolaborasi dengan Persatuan Peternak dan Pengusaha Sapi Indonesia (PEPPSI) NTT dalam pelaksanaan riset ini.
Direktur Politeknik Negeri Kupang, Johanis A. Jermias, menyebut kolaborasi tersebut strategis untuk memajukan sektor peternakan di NTT. Dari hasil uji coba, pertambahan bobot harian sapi meningkat dari rata-rata 0,7–1,7 kg/ekor menjadi 0,6–2,1 kg/ekor. “Jika dikonversikan ke pendapatan, inovasi ini berpotensi menambah keuntungan peternak hingga Rp33–283 miliar per tahun,” jelasnya.
Selain meningkatkan bobot, pakan lokal terbukti mengurangi penyusutan sapi saat pengiriman antar pulau. Konsep kandang penggemukan modern yang diperkenalkan juga mampu meningkatkan efisiensi pemeliharaan.
Sementara itu, pola tanam Three Sisters di TTU menghasilkan peningkatan signifikan, yakni produksi jagung yang naik dari 2,3 ton menjadi 5,3 ton per hektare, sekaligus menghasilkan benih dan pakan ternak tambahan. (ant/ST)
Editor: Agus S