spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kemenko PM Gelar Dialog Pinggir Pantai di Kupang, Bahas Tantangan Gig Workers dan Ekonomi Kreatif

KUPANG – Deputi Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Pelindungan Pekerja Migran Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM), Leontinus Alpha Edison, menggelar dialog pinggir pantai bersama mahasiswa dan pekerja lepas di Kota Kupang, Selasa (30/9/2025).

Dalam forum santai tersebut, pemerintah mendengarkan langsung berbagai masukan dari para pekerja lepas (gig workers) dan pelaku ekonomi kreatif. “Dari dialog di Kupang, kami mendapatkan masukan mengenai tantangan yang dihadapi, seperti kebutuhan akan kejelasan status kerja,” kata Leontinus.

Ia menambahkan, masih banyak kendala yang dirasakan para pekerja, mulai dari akses perlindungan sosial seperti BPJS Ketenagakerjaan hingga standarisasi keterampilan agar mampu bersaing di pasar global. Menurutnya, masukan yang diterima memperkaya proses perumusan regulasi dan program pemerintah agar lebih tepat sasaran.

“Kebijakan yang efektif hanya bisa lahir dari pemahaman mendalam atas aspirasi dan tantangan nyata yang dihadapi masyarakat di lapangan,” tegasnya.

Leontinus menekankan, pendekatan dialogis memastikan program pemerintah tidak bersifat top-down, melainkan kolaboratif dan partisipatif. Dengan melibatkan pemangku kepentingan sejak awal, potensi keberhasilan program lebih tinggi karena adanya rasa kepemilikan bersama dari masyarakat.

Model dialog partisipatif ini, katanya, telah lebih dulu diuji coba di Palembang, Yogyakarta, dan Bandung. “Model dialog seperti di Kupang ini akan terus kami perkuat di berbagai daerah. Sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan komunitas lokal adalah cetak biru untuk pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan,” jelasnya.

Ia menegaskan tujuan utama dari dialog ini adalah memastikan setiap kebijakan pemerintah benar-benar berakar dari kebutuhan nyata di lapangan, bukan sekadar asumsi di tingkat pusat.

Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Kupang, Faqih Pradana, yang ikut dalam kegiatan itu, menilai dialog santai dan nonformal semacam ini patut dilakukan lebih sering. “Diskusi seperti ini kesannya santai, tidak harus di tempat mewah. Cukup di sini saja sudah banyak aspirasi yang keluar,” ujarnya. (ant/ST)

Editor: Agus S

Most Popular