KUPANG – Komisi XII DPR RI menyebutkan baterai produksi pabrik di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang baru diresmikan Presiden Prabowo Subianto, dapat menjadi solusi bagi kendala operasional Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Oelpuah di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang belum dapat beroperasi penuh 24 jam.
Wakil Ketua Komisi XII DPR RI bidang Energi, Sumber Daya Mineral, Lingkungan Hidup, dan Investasi, Sugeng Suparwoto, mengatakan potensi PLTS di Kupang dapat terus dikembangkan meski masih menghadapi hambatan teknis.
“Saya rasa masalah ini dapat teratasi. Pabrik baterai di Karawang memproduksi baterai EV untuk kendaraan listrik dan Battery Energy Storage System (BESS) untuk mendukung PLTS agar bisa beroperasi sepanjang hari dan menjadi base load,” ujarnya di Kupang, Rabu (13/8/2025).
Ia menjelaskan, Indonesia memiliki peluang besar menjadi pusat produksi baterai dunia karena menguasai 42 persen cadangan nikel global. Nikel sendiri merupakan bahan baku utama baterai, dengan komposisi mencapai 76 persen.
Komisi XII DPR RI berkomitmen mendorong pengembangan energi baru terbarukan (EBT) ramah lingkungan di NTT yang dinilai memiliki potensi sangat besar. Langkah ini sejalan dengan target nasional untuk menurunkan emisi hingga 32 persen pada 2029 serta memenuhi kebutuhan listrik masyarakat yang terus meningkat.
Anggota Komisi XII DPR RI, Ramson Siagian, menambahkan bahwa potensi pergeseran dari energi fosil ke EBT di NTT, khususnya panas bumi dan tenaga surya, sangat besar. “Kami berkomitmen mendukung pemenuhan listrik bersih dan ramah lingkungan bagi seluruh masyarakat NTT,” tegasnya.
General Manager PLN UIW NTT, F. Eko Sulistyono, memaparkan kondisi kelistrikan di NTT yang terbagi menjadi tiga sistem utama, yakni Sistem Timor, Sistem Flores, dan Sistem Sumba, serta beberapa sistem terisolasi seperti di Sabu, Rote, dan Alor.
Sistem Timor memiliki daya mampu 186 MW dengan beban puncak 125 MW, yang akan bertambah cadangannya dengan penambahan 50 MW. Sistem Flores memiliki daya mampu 119 MW dengan beban puncak 99 MW. Adapun Sistem Sumba masih didominasi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) sehingga kapasitas dayanya terbatas.
Terkait EBT, total kapasitas yang terpasang saat ini mencapai 46,20 MW dengan bauran energi pada 2024 sebesar 9,5 persen. Menurut Eko, peluang pengembangan EBT terbesar, khususnya PLTS, berada di Pulau Sumba. (ant/ST)
Editor: Agus S

