KUPANG – Bupati Rote Ndao, Paulus Henuk, memastikan pembangunan kawasan sentra industri garam nasional di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), akan dilakukan secara bertahap selama tiga tahun sesuai arahan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
“Iya benar, jadi akan dibangun secara bertahap selama tiga tahun, dengan setiap tahun luas pembangunannya berbeda-beda,” kata Paulus di Kupang, Jumat (8/8).
Program ini merupakan bagian dari upaya KKP untuk meningkatkan produksi, kualitas, dan kemandirian garam nasional, sekaligus mencapai target swasembada garam pada 2027.
Paulus merinci, pada 2025 pembangunan dilakukan di lahan seluas 1.193 hektare. Pada tahun kedua, luas lahan bertambah menjadi 9.541 hektare, dan tahun ketiga mencakup 3.135 hektare.
“Jadi pembangunannya dilakukan secara bertahap, tidak sekaligus,” tambahnya.
Pemerintah daerah akan bekerja sama dengan BUMN PT Nindya Karya dalam pengerjaan proyek ini. Selain itu, perusahaan swasta juga akan dilibatkan.
“Sesuai proyeksi KKP, total luas lahan yang disediakan sekitar 13.800-an hektare. Tapi nanti tergantung pemerintah pusat serta para pengusaha yang berinvestasi di Rote Ndao,” ujarnya.
Lokasi sentra industri garam nasional tersebut tersebar di tiga kecamatan: Pantai Baru, Rote Timur, dan Lalu Lelu, meliputi empat desa yakni Matasio, Serubeba, Dairendale, dan Daiama. (ant/ST)