KUPANG – Sejumlah tokoh agama di Nusa Tenggara Timur (NTT) menyerukan masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi dengan gelombang aksi unjuk rasa di berbagai daerah Indonesia yang berujung pada tindakan anarkis.
Uskup Agung Kupang, Mgr Hironimus Pakaenoni, mengingatkan umat agar bijak dalam menyikapi situasi nasional. “Di tengah kondisi bangsa yang diwarnai demonstrasi, saya mengimbau masyarakat di Keuskupan Agung Kupang untuk tidak terpengaruh oleh hal-hal yang bisa memecah belah bangsa. Mari bersama menjaga kondusivitas agar tidak terjadi seperti di Jakarta dan daerah lain,” ujarnya di Kupang, Minggu (31/8).
Ia menekankan pentingnya menjaga keamanan, ketertiban, dan kerukunan yang selama ini terpelihara di NTT. “Marilah kita berpikir arif, jernih, dan kritis. Semoga masyarakat tetap harmonis bersama pemerintah, TNI, dan Polri. Aktivitas warga juga harus terus berjalan normal meski ada gelombang unjuk rasa di tempat lain,” tambahnya.
Senada dengan itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTT, Hj Muhamad S. Wongso, meminta agar penyampaian aspirasi dilakukan secara damai tanpa mengarah pada kekerasan. “Aspirasi jangan sampai menuju anarki, karena hanya akan menimbulkan penyesalan,” katanya. Ia menilai kericuhan yang muncul dipicu minimnya ruang dialog antara masyarakat dan para pejabat publik. “Beberapa hari ini saya tidak melihat ada politisi yang tampil untuk bertanggung jawab,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Pendeta Samuel B. Pandie, juga mengingatkan agar demonstrasi tidak disertai perusakan fasilitas umum. “Masyarakat harus bijak. Jangan sampai penyampaian aspirasi bergeser menjadi perusakan, apalagi sampai terjadi pembakaran,” tandasnya.
Para tokoh agama tersebut berharap NTT tetap damai, rukun, dan tidak terhanyut dalam arus provokasi yang berkembang di tingkat nasional. (ant/ST)
Editor: Agus S