LABUAN BAJO – Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Johni Asadoma mengapresiasi langkah Badan Pengelola Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) bersama Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines) yang menggagas Program Pendampingan Pengelolaan Kebun Hortikultura di Labuan Bajo. Ia berharap program ini dapat menjadi percontohan (role model) untuk menggerakkan komunitas pangan lokal lainnya di wilayah tersebut.
Program dimulai dengan penanaman bibit sayur dan tanaman buah di lahan milik Yayasan St Damian Binongko yang terletak di Jalan Batu Cermin, Cowang Dereng, Labuan Bajo. Menurut Johni, upaya ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan nasional, tetapi juga memperkuat rantai pasok pangan lokal yang sangat dibutuhkan industri pariwisata di Labuan Bajo dan sekitarnya.
“Di tengah situasi ekonomi global yang tidak menentu, membangun ketahanan pangan lokal menjadi sangat penting. Kita harus memastikan bahwa kebutuhan makan dan minum tetap terpenuhi dari hasil bumi sendiri. Salah satu caranya adalah dengan menanam,” ujar Johni dalam keterangan resminya, Minggu (27/7).
Pelaksana Tugas Direktur Utama BPOLBF, Dwi Marhen Yono, menegaskan bahwa penguatan sektor pangan lokal merupakan bagian integral dari pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, regeneratif, dan berdaya saing. Ia menilai keberadaan kebun hortikultura seperti ini merupakan bentuk nyata kolaborasi multipihak dalam memperkuat ketersediaan pangan sehat dan stabil dari komunitas lokal.
“Ketersediaan pasokan pangan yang stabil dan sehat menjadi fondasi penting untuk pariwisata berkelanjutan. Selain mendukung ketahanan pangan, ini juga memberdayakan masyarakat secara langsung,” jelas Marhen.
Kebun ketahanan pangan Yayasan St Damian dijalankan bersama Yakines sebagai mitra pelaksana. Yakines sendiri merupakan bagian dari Konsorsium Pangan Bernas bersama Yayasan KEHATI dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), yang terlibat dalam program Urban Futures. Program ini bertujuan untuk mendorong transformasi sistem pangan lokal di wilayah Manggarai Barat.
Kolaborasi ini menjadi sinyal kuat bahwa pengembangan pariwisata dan ketahanan pangan bisa berjalan beriringan, dengan memanfaatkan potensi lokal dan memperkuat peran masyarakat dalam membangun ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan. (ant/ST)