LABUAN BAJO – Kegiatan Weekend at Parapuar Cultural Hills yang berlangsung pada Sabtu, 6 Juli 2025 di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi momentum penting bagi para seniman dan komunitas lokal. Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT, Noldi Pellokila, mengapresiasi penuh kegiatan ini yang menurutnya mampu membuka ruang ekspresi sekaligus memperkuat ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif lokal.
“Ini sangat baik dan kami berharap ke depan lebih baik lagi,” ujarnya, menanggapi kegiatan yang juga menjadi bagian dari rangkaian Pagelaran di Destinasi Pariwisata Prioritas (PENTAS).
Noldi menilai inisiatif Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) tersebut menambah variasi aktivitas wisata di Manggarai Barat, sehingga wisatawan tidak hanya berfokus pada kunjungan ke kawasan Taman Nasional Komodo (TNK). Ia juga mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi NTT tengah menyiapkan kegiatan serupa di Kota Kupang, dengan mengusung partisipasi berbagai paguyuban budaya sebagai bagian dari penguatan identitas lokal.
“Sedang kami persiapkan,” katanya, menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan pengembangan destinasi pariwisata super prioritas seperti Labuan Bajo.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Utama BPOLBF, Dwi Marhen Yono, menjelaskan bahwa Weekend at Parapuar Cultural Hills akan digelar dua kali setiap bulan. Menurutnya, acara ini dirancang sebagai ruang pertemuan budaya yang inklusif dan terbuka, menjadi pola perjalanan (travel pattern) baru bagi wisatawan yang tiba di Pelabuhan Labuan Bajo.
“Harapannya, wisatawan tidak hanya berkutat di kawasan TNK, tapi juga bisa menyebar ke berbagai atraksi alam dan budaya di daratan Labuan Bajo,” jelas Marhen.
Ia mengutip pernyataan Sekretaris Daerah Manggarai Barat yang menyebutkan bahwa selama ini hanya sekitar 18 persen wisatawan menikmati destinasi di darat (mainland), sementara 82 persen lebih banyak beraktivitas di laut dan kawasan TNK.
“Dengan adanya atraksi seni budaya seperti ini, mudah-mudahan persentase kunjungan ke darat bisa naik menjadi 20 hingga 40 persen. Dampaknya tentu akan langsung dirasakan oleh pelaku budaya, UMKM, dan sektor pariwisata lainnya,” tegasnya.
Melalui pendekatan kolaboratif dan berkelanjutan, kegiatan budaya seperti ini diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi lokal sekaligus memperkuat identitas Labuan Bajo sebagai destinasi yang tidak hanya indah secara alamiah, tetapi juga kaya akan nilai-nilai budaya dan kebersamaan. (ant/ST)